Pregnancy Diary (8/10): Jangan Asal Pilih Obgyn

Saya kontrol kehamilan sepenuhnya di RS Hermina dan Bidan terdekat di Kalideres, tempat suami saya tinggal. Dan selama kehamilan, saya hanya ganti satu kali Obgyn. Pertama kali tahu hamil, rasanya bingung dan gak sabar mau cek ke RS untuk tahu kebenarannya. Langsung saja saya dan suami ke RS Hermina untuk cek kandungan pertama kali. Tanpa ada bekal apapun, saya cuma memilih dokter siapa saja yang hari itu sedang dinas. Saya gak tahu siapa yang terbaik di sana untuk bisa saya pilih. Jadi, di meja pendaftaran, saya memilih Dokter Katerina. Beliau baik, santun, cara bicaranya menenangkan. Saya pikir karena ini baru pertama kali dan saya gak ada masalah, jadi saya fine-fine aja kalau kontrol selanjutnya sama Beliau.

Sepulang dari RS dan memastikan bahwa saya hamil, kami mulai memikirkan banyak hal, termasuk tempat kontrol yang nantinya akan kami kunjungi setiap bulan. Untuk kontrol rutin ke RS tiap bulan kok rasanya masih keberatan ya untuk kami, apalagi harga vitaminnya lumayan mahal. Untuk menyiasatinya pun kami membeli vitaminnya sendiri ke apotek, bukan dari tebusan resep. Nah, akhirnya kami kembali berpikir untuk mencari Bidan dekat rumah. Pilihan jatuh pada Bidan Lestari, sesuai rekomendasi beberapa saudara Tian di rumah. Akhirnya setiap bulan kami kontrol ke Bidan, diberi vitamin, dan harganya sangat bersahabat. Kalau sudah tiba waktunya USG, barulah Bidan Tari akan memberikan surat rujukan untuk saya bawa ke RS Hermina, supaya harganya bisa lebih murah karena Bidan Tari bekerja sama dengan salah satu Obgyn di sana. Dan Obgyn-nya adalah Dokter Ady. Ternyata, hampir semua tetangga dan saudara di sekitar rumah juga merekomendasikan Dokter Ady, karena Beliau dikenal sangat bagus. Tapi, karena bagus banget gini, ya antreannya harus bawa bekal kesabaran karena banyak bangetttt hehehe.


Kunjungan pertama, kami dapat nomor urut 30an ke atas, dan ternyata kami harus menunggu selama empat jam. Dari mulai saya yang sabar, bete, ngantuk, sampai akhirnya suami yang kesal dan bosan, kami ganti-gantian menghibur kalau sudah hampir bete. Tapi semua itu bisa dimaafkan karena setelah keluar dari ruangan, kami akhirnya tahu bahwa jenis kelamin calon anak kami adalah laki-laki. Jelas, bapaknya seneng banget karena diam-diam dia ngarep banget punya anak cowok. Iyaaa, kesampean yaaa. Kami baru selesai kontrol jam setengah sebelas malam. Saya langsung foto hasil USG untuk dikirim ke Ibu saya, dan Beliau juga gak kalah senang karena ngarep cucu cowok.

Saya senenggg banget sama Dokter Ady, auranya positif, sikapnya berwibawa dan gak bikin tegang, omongannya selalu positif dan yang paling penting, Beliau pro normal dan gak money oriented sama pasiennya. Ternyata gak salah kalau semua orang merekomendasikan Beliau. Akhirnya saya lanjut sama Beliau dan gak balik lagi ke Dokter Katerina. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kami akhirnya mendaftar via telepon ke RS Hermina dua hari sebelum kontrol ke Dokter Ady supaya gak dapet nomor antrean yang panjang lagi.

Tapi, makin ke sini, kami makin gak sreg sama Bidan Tari, karena beberapa hal. Tapi, kami sadar masih membutuhkan Beliau. Selain karena sudah kepalang tanggung (sebelnya mulai pas udah hamil bulan ke-7-8), surat rujukannya ke Dokter Ady juga bisa meringankan kami, hehehe. Anaknya gak mau rugi yhaa, hehe. Tapi akhirnya di akhir masa kehamilan, kami gak ke Bidan Tari lagi karena mulai check up ke klinik Kaina (demi mengurus kelahiran pakai BPJS). Nanti saya akan share pengalaman mengurus BPJS sampai masa kelahiran ya. Saya tahu ada banyak banget pengalaman yang mau saya share di Blog saya, semoga bisa membantu orang-orang yang membutuhkan informasinya :)

Share:

0 comments

Thank you for meeting me here! Hope you will be back soon and let us connect each other 😉